Jumat, 15 Juni 2012

UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN MAJEMUK PADA PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERHITUNG MELALUI PERMAINAN ULAR TANGGA DI SENTRA PERSIAPAN

UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN MAJEMUK PADA PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERHITUNG MELALUI PERMAINAN ULAR TANGGA DI SENTRA PERSIAPAN Disusun Oleh : Nama : Sri Miyati Unit Kerja : TKIT AT-TAQWA UPTD GETASAN KECAMATAN GETASAN KAB. SEMARANG 2012 ABSTRAK Pendidikan Arak Usia Dini adalah investasi yang sangat besar bagi keluarga dan juga bangsa. Bermain merupakan proses mempersiapkan diri untuk masuk ke dalam dunia orang dewasa. Dengan bermain kecerdasan anak dapat di identifikasi, sesuai dengan tingkat dan indicator kecerdasannya. Dari sekian kecerdasan yang dimiliki anak penulis mengangkat permasalahan yang selama ini dialami anak, dimana banyak ditemui kesulitan pada saat anak belajar berhitung. Banyak orang menganggap kegiatan berhitung sangatlah sulit, dari sinilah penulis mencoba membuat suatu permainan yang dapat digunakan sebagai alat permainan Edukatif berupa ular tangga. Ternyata dapat menarik minat anak-anak untuk belajar berhitung khususnya tentang penambahan dan pengurangan. Adapun pembuatan karya tulis ini adalah sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan berhitung anak melalui APE ular tangga. Manfaat yang dapat diambil dari permaianan ini adalah pertama. Anak dapat belajar berhitung dengan menyenangkan kedua, bagi peneliti dapat menambah wawasan dan keterampilan dalam minat anak dalam kegiatan berhitung ketiga bagi lembaga PAUD, memperoleh masukan guru meningkatkan mutu kegiatan mengajar dimana hasil pembelajaran dapat meningkatkan mutu di lembaga pendidikan lainnya. DAFTAR ISI SAMPUL I PENGESAHAN II ABSTRAK III PRAKATA IV DAFTAR ISI V BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 B. Masalah 2 C. Tujuan 2 D. Manfaat 2 BAB II LANDASAN TEORETIS A. Kecerdasan Majemuk 4 1. Pengertian Kecerdasan 4 2. Pengertian Kecerdasan Majemuk 4 3. Latar Belakang Kecerdasan Majemuk 5 4. Kecerdasan Dalam Multiple Intelligences 6 B. Pengertian Berhitung 6 1. Asal Usul Berhitung 6 2. Sejarah Berhitung 7 3. Tahapan Pertumbuhan Berhitung dari Zaman Kuno-Masa Kini 7 4. Peninggalan Sejarah Berhitung 8 5. Mengenal Calistung Pada Anak Pra Sekolah 8 6. Hal yang di Srankan dalam Mengajarkan Calistung di TK 8 7. Mulainya Konsep Angka 9 C. Pengertian Bermain 9 1. Teori Bemain 10 2. Teori Moderen 10 3. Esensi Bermain 10 4. Fungsi Bermain Bagi Perkembangan Anak 10 5. Perkembangan Kemampuan Bermain 11 6. Macam Permainan 11 7. Batasan Bermain 11 D. Pengertian Sentra Persiapan 12 1. Pengertian Sentra 12 2. Pengertian Sentra Persiapan 12 E. Pengertian Ular Tangga 14 BAB III METODE DAN PROSEDUR KERJA A. Strategi Pemecahan Masalah 15 1. Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah 16 2. Deskripsikan Strategi Pemecahan Masalah Yang dipilih 16 B. Alat Pengabilan Data 17 C. Pengolahan dan Pengorganisasian Data 17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil atau Dampak Yang Dicapai Dalam Melasanakan Strtegi Yang Di pilih 19 B. Kendala-kendala Ynag di Hadapi 19 C. Faktor-faktor Pendukung 20 D. Tindak Lanjut/Rencana Desiminasi 20 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan 22 B. Rekomendasi 22 LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak dalam beragam usia dengan berbagai perilakunya biasanya menarik perhatian orang dewasa. Dunia anak adalah dunia yang penuh dengan canda tawa dan kegembiraan, sehingga orang dewasa akan ikut terhibur dengan hanya melihat tingkah polah mereka. Pada kehidupan sehari-hari berbagai tingkat usia anak dapat kita amati dari bayi, balita, anak usia TK sampai anak Sekolah Dasar. Semua ini kategori umur anak tersebut dikelompokkan fase anak usia dini. Pada usia dini anak berada pada masa senang bermain. Bermain merupakan proses mempersiapkan diri untuk masuk ke dalam dunia orang dewasa. Dari bermain inilah penulis mengamati dari cara bermain, kemampuan serta hasil permainan tersebut, yang akhirnya dapat penulis katakan bahwa kemampuan serta kecerdasan anak berbeda-beda dari masing-masing anak. Hl ini menunjukkan bahwa semua anak, pada hakekatnya adalah cerdas. Perbedaan terletak pada tingkatan dan indikator kecerdasannya. Perbedaan ini ditentukan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah rangsangan yang diberikan pada saat anak masih berusia dini. Perbedaan kecerdasan diantara anak didik menurut cara berpikir pendidik yang adil dan eksistensial.Oleh sebab itu pendidik perlu bertanya pada diri sendiri berkaitan dengan kecerdasan anak didiknya. Pendidik yang mampu mendeteksi kecerdasan anak dengan cara mengamati perilaku, kecenderungan, minat, cara dan kualitas anak saat bereaksi terdapat stimulasi yang diberikan. Semua indikator kecerdasan dapat dikenal pendidik untuk kemudian dibuat prota kecerdasannya. Dari sekian kecerdasan yang dimiliki anak-anak, penulis akan mengangkat permasalahan yang selama ini dialami anak-anak, yang penulis amati dan penulis fokuskan pada kegiatan sentra persiapan dimana penulis mengamati pada kegiatan pengembangan khususnya kegiatan berhitung ditemukan masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan berhitung sebagai berikut : Pertama, anak-anak tidak menyukai kegiatan berhitung. Kedua, dalam kegiatan berhitung alat yang digunakan kurang menarik. Ketiga, dalam kegiatan berhitung (penjumlahan dan pengurangan) guru menggunakan model yang masih konvensional sehingga membosankan anak dan kurang menarik. Tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa yang dikatakan cerdas adalah orang yang pandai dalam bidang “matematika”, kita akan langsung membayangkan suatu kegiatan berhitung yang sangat menyulitkan. Dari hasil pengamatan yang penulis lakukan, anak belum menguasai tentang berhitung, khususnya pada penambahan dan pengurangan. Terbukti dengan materi yang diberikan hasilnya kurang baik. Dari permasalahan yang penulis temukan, maka penulis melakukan refleksi diri terhadap pelaksanaan pembelajaran secara menyeluruh. Untuk meningkatkan ketrampilan berhitung anak khususnya pada penambahan dan pengurangan, penulis menggunakan media yang menarik bagi anak, yaitu APE “Ular Tangga” sebagai media pembelajaran penjumlahan kegiatan berhitung. B. Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : “Bagaimana meningkatkan ketrampilan berhitung anak melalui APE Ular Tangga”. C. Tujuan Tujuan perbaikan kegiatan pengembangan ini secara umum adalah mendeskripsikan upaya guru “Meningkatkan ketrampilan berhitung anak melalui APE Ular Tangga”. D. Manfaat 1. Bagi AUD agar dapat belajar berhitung dengan menyenangkan. 2. Bagi guru, sebagai peneliti agar dapat menambah wawasan dan ketrampilan dalam meningkatkan ketrampilan dan minat anak dalam kegiatan berhitung melalui APE Ular Tangga. 3. Bagi lembaga PAUD, memperoleh masukan guna meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar dimana hasil perbaikan dapat menjadi bahan untuk peningkatan mutu di lembaga pendidikan lainnya. BAB II LANDASAN TEORI A. Kecerdasan Majemuk Pendidik yang baik mampu mendeteksi kecerdasan anak dengan cara mengamati perilaku, kecenderungan, minat, cara dan kualitas anak saat bereaksi terhadap stimulus yang diberikan. Semua indikator kecerdasan dapat dikenali pendidik untuk dibuat profil kecerdasannya. 1. Pengertian Kecerdasan Alfred Binet (Tadkiroatun Musfiroh, 2010), Kecerdasan adalah kemampuan yang terdiri dari tiga komponen, yakni; (1) Kemampuan untuk mengarahkan pikiran/ tindakan, (2) Kemampuan untuk mengubah arah pikiran/ tindakan, (3) Kemampuan untuk mengkritisi pikiran dan tindakan diri sendiri/ auto critism. 2. Pengertian Kecerdasan Majemuk Howard Gardner (Tadkirotun Musfiroh, 2010), berpendapat bahwa tidak ada manusia yang tidak cerdas. Paradigma ini menentang teori dikotomi cerdas – tidak cerdas. Gardner juga menentang anggapan “cerdas” dari sisi IQ (Intellectual Quantion, yang menurutnya hanya mengacu pada tiga jenis kecerdasan yakni, logika, matematika, linguistik dan spasial. Untuk selanjutnya Gardner memunculkan istilah multiple intelligences. Gardner (Tadkirotun Musfiroh, 2010) kecerdasan sebagai tiga kumpulan utama, yakni : a. Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan nyata sehari-hari. b. Kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru yang dihadapi untuk diselesaikan. c. Kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan menawarkan jasa yang akan menimbulkan penghargaan dalam budaya seseorang. Armstrong (dalam Tadkirotun Musfiroh, 2010), Kecerdasan didasarkan pada pokok teori multiple intelligences sebagai berikut : a. Setiap anak memiliki kapasitas untuk memiliki 9 kecerdasan. b. Semua anak pada umumnya dapat mengembangkan setiap kecerdasan hingga tingkat penguasaan yang memadai apabila ia memperoleh cukup dukungan, pengayaan, dan pengajaran. c. Kecerdasan bekerja bersamaan dalam kegiatan sehari-hari. Anak yang menyanyi membutuhkan kecerdasan musikal dan kinestetik. d. Anak memiliki berbagai cara untuk menunjukkan kecerdasannya dalam setiap kategori. 3. Latar Belakang Kecerdasan Majemuk Dikotomi anak cerdas dan tidak cerdas, serta pemberian label hiperaktif, gangguan belajar, dan prestasi di bawah kemampuan, mendorong para pendidik untuk mempelajari teori multiple intelligences. Setelah menemukan delapan bukti dari teorinya Gardner meneguhkan kriteria temuannya tentang sembilan kecerdasan dalam multiple intelligences. 4. Kecerdasan dalam Multiple Intelligences a. Kecerdasan verbal – linguistik b. Kecerdasan logis – matematis c. Kecerdasan visual – spasial d. Kecerdasan musikal e. Kecerdasan kinestetik f. Kecerdasan interpersonal g. Kecerdasan naturalis h. Kecerdasan intrapersonal i. Kecerdasan eksistensial B. Pengertian Berhitung Berhitung adalah melakukan operasi jarimatika terhadap angka-angka bilangan. Menurut Ali Nugroho (2008) operasi adalah suatu relasi/ hubungan yang berkenaan dengan suatu unsur lain yang unik (tunggal). Bisa menjumlahkan, mengurangkan, mengalihkan, atau membagi. Bahkan herannya, ada orang yang tidak pernah sekolah bisa berhitung. Misal; pedagang, mereka bahkan tidak pernah sekolah tapi mampu menghitung uang hasil penjualan mereka dengan sangat baik, kalau tidak bisa menghitung pasti rugi. 1. Asal-usul Menghitung Untuk lebih memahami makna berhitung, maka perlu dipahami terlebih dahulu mengenai pengertian dari bilangan. Menurut Bruce E Meserve, bilangan adalah suatu abstrak, artinya bilangan tidak memiliki keberadaan secara fisik. Namun bilangan dapat dituliskan dengan lambang-lambang yang dapat mewakili suatu bilangan yang ingin disampaikan. Bilangan sendiri muncul karena adanya suatu kuantitas yang ingin diungkapkan. Setelah bilangan dapat dituliskan dengan lambang-lambang bilangan, selanjutnya mulai mengembangkan sifat-sifat hubungan, aturan serta perhitungan yang terjadi antar bilangan-bilangan tersebut sehingga muncullah istilah berhitung. 2. Sejarah Berhitung Sejarah berhitung merupakan sejarah yang panjang, karena berhitung sendiri telah ada sejarah sejak ribuan tahun yang lalu. Tidak ada yang mengetahui oleh siapa, dimana, dan kapan tepatnya berhitung ditemukan, karena sebenarnya berhitung bukan merupakan temuan para pemikir, namun berhitung merupakan sebuah kebutuhan yang ada dalam diri manusia dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan. Oleh sebab itu, perkembangan berhitung terpencar di berbagai pusat kebudayaan kuno dengan pertumbuhan yang terpisah-pisah. 3. Tahapan pertumbuhan berhitung dari zaman kuno – masa kini a. Zaman purbakala – tahun 600 SM (Mesopotamia dan Mesir Kuno) b. Tahun 600 SM – tahun 450 (Yunani Kuno) c. Tahun 450 – tahun 1200 (Hindu – Arab) d. Tahun 1200 – tahun 1600 (Eropa Lama) e. Tahun 1600 – sekarang (Masa Kini) 4. Peninggalan sejarah berhitung Peninggalan sejarah berhitung yang tertua adalah zaman Mesopotamia dari Mesir Kuno. Namun bukan berarti pada masa itulah berhitung pertama kali ada. Sebenarnya berhitung sendiri telah ada dan dipergunakan dalam masyarakat primitif sejak zaman batu tua atau paleolitikum. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya sisa-sisa kebudayaan suku bangsa yang dianggap primitif, ditemukan pula bahwa suku tersebut sudah mengenal berhitung. 5. Mengenal calistung pada anak pra sekolah a. Biasakan anak mendengar angka-angka sejak dini dalam suatu aktivitas bermain yang penuh nuansa keceriaan. b. Anak diajak untuk mengukur panjang suatu benda dengan menggunakan jengkalnya. c. Perkenalkan anak dengan lagu-lagu yang syairnya mengandung angka-angka. d. Secara bertahap ajaklah anak mulai bermain angka. e. Mintalah pada anak untuk menghitung sejumlah benda. f. Upayakan agar anak melakukan ini dengan senang hati dan spontan. 6. Hal yang perlu disarankan dalam mengajarkan calistung di TK a. Bila anak sudah siap diajari calistung, tidak ada salahnya diajari. Mengingat kemampuan setiap anak berbeda, guru dan orang tua harus pasti betul bahwa mengajari calistung tidak merugikan, tetapi bermanfaat, bila guru dan orang tua kurang pasti dalam hal ini, maka dapat meminta bantuan psikolog anak untuk memeriksa persiapan anak. b. Bila anak belum mau diajari calistung, sebaiknya guru dan orang tua tidak memaksa. Yang dapat dilakukan adalah menyiapkan angka dengan kemampuan pra akademik, misalnya : latihan melemaskan otot tangan, melatih pengetahuan letak benda, ukuran benda, bentuk-bentuk geometris, dan pengetahuan akan warna. 7. Mulainya Konsep Angka Konsep angka melibatkan pemikiran tentang “berapa jumlahnya/ berapa banyaknya” termasuk menghitung, menjumlahkan, satu tambah satu. Yang terpenting adalah mengerti konsep angka. Pemahaman konsep angka berkembang seiring waktu dan kesempatan untuk mengulang karya dengan sekelompok benda dan membandingkan jumlahnya. Menghitung merupakan cara belajar mengenai nama angka, kemudian menggunakan nama angkat tersebut untuk mengidentifikasi jumlah benda. C. Pengertian Bermain Bermain merupakan komponen penting dan berpengaruh pada kualitas suatu program bagi anak usia dini. Bermain adalah pekerjaan anak-anak dan anak-anak selalu ingin bermain. Dalam bermain anak-anak mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah dengan berbagai cara melakukan sesuatu yang berbeda dan membedakan pendekatan yang terbaik. Dalam bermain anak-anak menggunakan bahasa untuk melancarkan kegiatan, menjelajah dan menyaring bahasa mereka ketika mereka bicara dan mendengar dengan anak-anak lainnya. Bagi seorang anak bermain adalah cara mereka untuk belajar. Bermain merupakan bagian penting dari masa balita dan punya nilai pendidikan yang tinggi (June, 2003). 1. Teori Bermain a. Terori klasik b. Rekreasi dan relaksasi c. Insting d. Rekapitulasi 2. Teori Modern a. Teori psikoanalisis b. Teori perkembangan kognitif c. Teori belajar sosial 3. Esensi Bermain a. Aktif b. Menyenangkan c. Motivasi internal d. Memiliki aturan e. Simbolis dan berarti 4. Fungsi Bermain Bagi Perkembangan Anak a. Kemampuan motorik b. Bermain mengembangkan kemampuan kognitif c. Kemampuan afektif d. Kemampuan bahasa e. Kemampuan sosial 5. Perkembangan Kemampuan Bermain a. Bermain sendiri b. Bermain secara paralel dengan temannya c. Bermain dengan melihat cara temannya bermain d. Bermain secara bersama-sama e. Bermain dengan aturan 6. Macam Permainan a. Permainan fisik b. Lagu anak-anak c. Bermain teka teki dan berpikir logis matematis d. Bermain dengan benda-benda e. Bermain peran 7. Batasan Bermain Bermain bukan bekerja; bermain adalah pura-pura bermain bukan sesuatu yang sungguh-sungguh. Bermain bukan suatu kegiatan yang produktif dan bekerja pun dapat diartikan bermain. Sementara, kadang-kadang bermain dapat dialami sebagai bekerja; demikian pula anak yang sedang bermain dapat membentuk dunianya sehingga seringkali dianggap nyata. Sungguh-sungguh, produktif dan menyerupai kehidupan yang sebenarnya. D. Pengertian Sentra Persiapan 1. Pengertian Sentra Sentra adalah pembelajaran terpadu yang terbaik. Sentra dapat membantu anak-anak mengembangkan seluruh kemampuan secara bersamaan dalam satu kegiatan belajar anak dan dapat mengembangkan aspek bahasa, kognitif, fisik motorik, sosial emosionalnya dalam satu kesempatan. Belajar terjadi dalam setiap area selama waktu di sentra dengan cara yang bermakna yang sesuai bagi pembelajar muda. 2. Pengertian Sentra Persiapan Sentra persiapan merupakan sentra yang diadakan untuk mengembangkan keaksaraan anak di lembaga pendidikan anak usia dini, sehingga anak siap untuk menempuh pendidikan selanjutnya. Sentra ini ditujukan pada ranah perkembangan kognisi (berpikir) dan motorik halus. Kegiatan yang banyak diberikan pada sentra ini adalah membaca dan menulis. Tugas pendidik di sentra ini adalah menyiapkan lingkungan atau mengamati tingkat perkembangan anak dan menggunakan pertanyaan anak untuk membawanya ke tingkat berpikir yang lebih tinggi. Dalam sentra ini anak belajar : - Kosa kata baru - Menikmati berbagai suara alam dan nyanyian - Memainkan peran orang lain - Mengungkapkan idenya dalam bentuk kata-kata - Mereka dapat berkomunikasi lewat tulisan - Ada berbagai cara untuk menulis - Menggunakan idenya dalam bentuk kata-kata - Memperoleh informasi dari buku - Mereka dapat menggunakan pengetahuan asosiasi huruf dan suara untuk menulis apa yang mereka tulis Materi dalam sentra persiapan : - Kumpulan buku cerita dengan kaset ceritanya - Berbagai macam buku bergambar, buku fiksi/ non fiksi, buku puisi - Buku buatan kelas/ buatan anak-anak - Buku ukuran besar - Poster - Kartu indeks - Amplop - Stapler, pembuka stapler - Majalah anak dan berbagai macam buku bergambar - Berbagai jenis kertas, berbagai ukuran, warna dan tekstur - Spidol, krayon, pensil, pensil warna - Rautan - Isolasi, lem, sendok lem - Stempel plastik dan bantalan stempel E. Pengertian Ular Tangga Permainan ular tangga adalah permainan yang dimainkan oleh empat orang siswa. Setiap siswa memiliki pion, dan dia mendapatkan kesempatan untuk mengocok dadu. Dadu memiliki nomor 1 sampai 6. seorang siswa akan meletakkan pion sesuai dengan banyak angka yang diperolehnya. Jika pion mereka berada di tangga maka pion tersebut akan naik tangga, namun sebaliknya jika berada di ekor ular, maka harus turun ke bawah. Ular tangga adalah permainan papan untuk anak - anak yang dimainkan oleh 2 orang atau lebih. Papan permainan dibagi dalam tiga kotak kecil dan di beberapa kotak di gambar tangga/ ular yang menghubungkan dengan kotak lain. Permainan ini diciptakan pada tahun 1870 http://www.genggoitem.wordpress.com/2010/01/27 BAB III METODE DAN PROSEDUR KERJA A. Strategi Pemecahan Masalah Dalam pemecahan masalah, strategi yang digunakan adalah pendekatan kecerdasan majemuk. Melalui kecerdasan majemuk anak dapat diidentifikasi melalui observasi terhadap perilaku, tindakan, kecenderungan bertindak, kepekaan anak terhadap sesuatu, kemampuan yang menonjol, reaksi spontan, sikap dan kesenangan. Dalam hal ini penulis menekankan kecerdasan majemuk pada kecerdasan logis – matematis, dimana melalui kecerdasan majemuk logis – matematis diharapkan anak dapat meningkatkan ketrampilan berhitung. Kecerdasan logis – matematis ditandai dengan kepekaan pada pola-pola logis dan memiliki kemampuan mencerna pola-pola tersebut, termasuk juga numerik serta mampu mengolah alur pikiran yang panjang. Seseorang yang memiliki kecerdasan ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal; menghitung dan menganalisis hitungan, menemukan fungsi-fungsi dan hubungan, memperkirakan, memprediksi, bereksperimen, mencari jalan keluar yang logis, menemukan adanya pola, induksi dan deduksi, mengorganisasikan/ membuat garis besar, membuat langkah-langkah, bermain permainan yang perlu strategi, berpikir abstrak dan menggunakan simbol abstrak, dan menggunakan algoritma. Cara belajar terbaik anak-anak yang cerdas logis – matematis adalah melalui angka, berpikir, bertanya, mencoba, menduga, menghitung, menimbang, mengurutkan, mengklarifikasi, dan mengkonstruksi. Oleh karena itu, sediakan alat-alat bermain konstruktif, puaskan rasa ingin tahu anak, dan beri kesempatan anak untuk bertanya, menduga, dan mengujinya. Berkaitan dengan alat bermain logis – matematis yaitu menduga dan mengujinya, penulis mencoba membuat APE Ular Tangga sebagai alat bermain anak. Diharapkan dengan permainan Ular Tangga ini, anak dapat lebih termotivasi untuk belajar matematika, khususnya pada penjumlahan dan pengurangan sambil bermain. 1. Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah Metode belajar menggunakan Alat Permainan Edukatif Ular Tangga digunakan karena permainan ini dipandang sangat tepat sebagai media bermain sambil belajar khususnya pada bidang logis – matematis tentang penjumlahan dan pengurangan. Dengan permainan ular tangga ini anak akan termotivasi untuk belajar matematika yang menyenangkan. 2. Deskripsikan Strategi Pemecahan Masalah yang Dipilih Pada umumnya orang menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sangat sulit, dari sinilah penulis menggunakan permainan Ular Tangga sebagai media berhitung, khususnya pada Anak Usia Dini. Dalam berhitung menggunakan Alat Peraga Edukatif tentang penambahan dan pengurangan mula-mula anak meletakkan pion lalu melempar dadu, setelah muncul angka pada dadu anak menggerakkan pion sesuai angka pada dadu yang telah dilempar, kemudian menyebutkan penambahan dari awal pion diletakkan di tambah angka pada lemparan dadu. Sedangkan untuk menyebutkan hasil pengurangan pertama pion diletakkan pada sebuah angka lalu dadu dilempar, apabila pion berada pada ekor ular maka pion diturunkan, sesuai gambar ular untuk menyebutkan hasil pengurangannya dari angka ekor ular dikurangi angka yang ada pada kepala ular. Untuk fungsi tangga sebagai penambahan dari kaki tangga sampai atas tangga. Dengan permainan ini diharapkan dapat mengupayakan kegemaran anak dalam berhitung, khususnya tentang penjumlahan dan pengurangan. B. Alat Pengambilan Data Dalam pengambilan data untuk memperoleh informasi yang terkait dengan pembelajaran anak dalam rangka menumbuhkan motivasi anak dalam mempelajari matematika tentang penjumlahan dan pengurangan penulis menggunakan metode observasi. Observasi dilakukan untuk mendapatkan informasi dalam rangka pengumpulan data yang nantinya akan diolah untuk memperoleh kesimpulan dari suatu masalah. C. Pengolahan dan Pengorganisasian Data No Hal-hal unik/ menarik yang ditemukan dalam Ada Keterangan/ uraian/ pertanyaan Ya Tidak 1 Dalam kegiatan berhitung menggunakan alat √ Alat yang digunakan terlalu banyak sehingga kurang efektif 2 Metode uang digunakan dalam berhitung √ Metode yang digunakan masih konvensional 3 Minat anak dalam berhitung kurang √ Banyak anak kurang menyukai kegiatan berhitung 4 Pengaturan/ pengelompokan anal √ Dalam kegiatan berhitung anak duduk berbaris 5 Cara memimpin kegiatan √ Dalam memulai kegiatan berhitung anak mengeluarkan alat hitung 6 Peran orang tua anak √ Ada beberapa anak yang dibimbing orang tuanya setiap hari dalam kegiatan berhitung sehingga anak lebih cepat dalam berhitung dibanding anak yang lain. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil atau Dampak yang Dicapai dalam Melaksanakan Strategi yang Dipilih Pada bagian ini akan disampaikan hasil pengamatan terhadap anak usia dini dalam upaya meningkatkan kecerdasan majemuk logis matematis. Dalam kegiatan pengembangan berhitung tentang penjumlahan dan pengurangan melalui alat permainan edukatif ular tangga. Dimana penulis banyak menemukan kurang minatnya anak untuk belajar berhitung. Dari sinilah penulis mencoba mengemas kegiatan berhitung melalui bermain. Dalam hal ini penulis menggunakan alat permainan edukatf berupa ular tangga untuk meningkatkan ketrampilan berhitung tentang penjumlahan dan pengurangan pada anak usia dini. Sebelum menggunakan metode bermain ular tangga dalam pengembangan kegiatan berhitung nilai yang dihasilkan dalam kegiatan berhitung anak masih rendah. Setelah penulis mencoba menerapkan metode bermain sambil belajar melalui alat permainan eduktif ular tangga dalam beberapa tahapan menghasilkan nilai yang signifikan dalam kegiatan berhitung. B. Kendala-kendala yang Dihadapi Dalam menerapkan metode bermain sambil belajar menggunakan alat permainan edukatif ular tangga ini penulis menemui berbagai kendala, antara lain : 1. Anak-anak berebut untuk main duluan 2. Anak-anak ramai 3. Menggunakan cukup waktu agar dapat bergiliran dengan anak yang lain. 4. Bagi anak yang belum paham konsep bilangan mengalami kesulitan menyebutkan angka. 5. Bagi anak yang tertinggal dalam kegiatan berhitung mengurangi rasa percaya diri anak. C. Faktor-faktor Pendukung Adapun faktor-faktor pendukung dalam pengembangan kegiatan berhitung menggunakan alat permainan edukatif ular tangga yaitu : 1. Anak belajar berhitung tanpa beban 2. Media yang digunakan menarik 3. Suasana belajar menyenangkan 4. Dapat mengasah otak anak untuk belajar memecahkan masalah 5. Meningkatkan daya imajinasi anak 6. Memotivasi anak untuk bisa bekerja sama dengan temannya. 7. Peran orang tua D. Tindak Lanjut/ Rencana Desiminasi Tindak lanjut/ rencana desiminasi merupakan aktivitas untuk menyebarluaskan/ mensosialisasikan kreativitas dan temuan. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka mengenalkan suatu metode pembelajaran kegiatan berhitung menggunakan alat peraga edukatif ular tangga kepada anak dengan cara mengenalkan ke pendidikan formal seperti PAUD dan TK melalui kerja sama dengan beberapa pihak, seperti orang tua dan pendidik agar dapat meningkatkan ketrampilan berhitung anak dengan menyenangkan, menyampaikan metode pada lembaga-lembaga pendidikan, seminar, pelatihan serta website. Ini semua dapat berjalan tidak terlepas dari kerja sama pihak-pihak terkait. BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Anak dalam beragam usia dengan berbagai perilakunya biasanya menarik perhatian orang dewasa. Dunia anak adalah dunia bermain, dengan bermain anak dapat di identifikasi mengenai kecerdasan mereka. Dari hasil pengamatan yang penulis lakukan banyak anak yang belum menguasai kecerdasan majemuk kususnya logis matematis tentang berhiyung pada penembahan dan pengurangan, terbukti dari materi yang di berikan hasilnya kurang baik. Berdasarkan identifikasi masalah diatas penulis berupaya meningkatkan ketrampilan berhitung anak kususnya tentang penambahan dan penfurangan menggunakan media yang menarik bagi anak yaitu alat peraga edukatif,ular tangga sebagai media pembelajaran pengembangan kegiatan berhitung. Tujuan penggunaan metode bermain melalui alat peraga edukatif ular tangga adalah meningkatkan ketrampilan berhiutung anak melalui bermain ular tangga di sentra persiapan. Manfaat yang dapat diambil : Pertama bagi anak yang usia dini kususnya agar dapat belajar berhitung dengan menyenangkan, Kedua bagi guru agar dapat menambah wawasan dan ketrampilan dalam meningkatkan minat anak pada kegiatan berhitung melalui alat permainan edukatif ular tanggaa, Ketiga bagi lembaga paut memperoleh masukan guna meningkatkan mutu pembelajaran di lembaga pendidikan lainnya. Diharapkan dengan metode bermain menggunakan alat permainan edukatif ini dapat meningkatkan minat dan ketrampilan berhitung anak usia dini. B. Rekomendasi 1. Penulis selaku pelaku dan pelaksana metode supaya tetap komitmen dalam melaksanakan, mempertahankan, dan mengembangkan metode serta selalu meningkatkan kreatifitasnya. 2. Penulis berupaya memaksimalkan dan mefanaatkan sehingga lebih berpotensi 3. Mengadakan kerja sama dengan lembaga-lembaga pendidikan terkait 4. Dinas pendidikan terkait yang dapat mendukung berjalannya metode ini DAFTAR PUSTAKA Tadkiroatun Musfiroh. (2010). Pengembangan Kecerdasan Majemuk. Jakarta : Universitas terbuka. Siti Aisyah, dkk. (2008). Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta : Universitas Terbuka. Ali Nugroho, Badru Zaman, A.Sy. Dina Dwiyana. (2011). Program Perlibatan Orang Tua dan Masyarakat. Jakarta : Universitas Terbuka. Luluk Asmawati, dkk. (2010). Pengelolaan Kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta : Universitas Terbuka. Slamet Suyamto (2005. Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta : Hikayat Publising. Sumiarti Patmodewo. (2003). Pendidikan Anak Pra Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta. Hasil Penataran. (2001). Sentra Pendukung Belajar Anak Pra Sekolah dan SD. Salatiga. TIM PG-PAUD Universitas Terbuka. (2011). Analisis Kegiatan Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Universitas Terbuka. Sumber lain : Repository.usu.ac.id/bitstream http://p4mriur.wordpress.com gonggoitem.wordpress.com/2010/01/27

Meningkatkan mutu pendidikan melalui spiritual marketing

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Melihat dan merasakan susahnya menyekolahkan anak dengan biaya yang rata-rata sangat mahal, dimana semua orang tua menginginkan anak mereka dapat mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah favorit yang di dalamnya terdapat sarana prasarana lengkap dan memadai. Bagi masyarakat dimana keadaan ekonominya lemah akan sangat terasa berat dan tidak mungkin untuk memasukkan anaknya di sekolah-sekolah yang biaya pendidikannya sangat tinggi. Tingginya biaya pendidikan menyebabkan kesenjangan bagi masyarakat untuk dapat menikmati pendidikan di sekolah-sekolah yang mereka inginkan. Tidak terkecuali pendidikan di TK, dimana TK merupakan landasan utama pendidikan selanjutnya. Sebagai dasar pengembangan potensi anak maka dibutuhkan sarana prasarana yang dapat mendukung menstimulasi potensi anak sejak dini. Pada umumnya pembiayaan di TK berasal dari berbagai sumber, diantaranya dari GOP, orang tua, bantuan baik dari pemerintah kabupaten, provinsi maupun dari pemerintah desa. Namun dari berbagai sumber pembiayaan tersebut sifatnya hanya sementara. Sedangkan kebutuhan keuangan yang berkaitan dengan operasional TK sangatlah kurang mencukupi. Dari berbagai permasalahan keuangan di atas, penulis mencoba memecahkan masalah keuangan yang lazim dialami lembaga-lembaga pendidikan khususnya di TK dengan memberdayakan potensi keuangan yang ada di TK yaitu mensinergikan antara pihak sekolah dan orang tua wali murid yang saling menguntungkan melalui suatu kegiatan yang dinamakan spiritual marketing.. Spiritual marketing merupakan suatu cara penggalian dana dengan cara penanaman modal oleh orang tua wali murid sebagai pengganti uang infaq sekolah yang nantinya akan direalisasikan dalam bentuk pasar dimana konsumennya adalah wali murid itu sendiri. Sehingga dapat dikatakan dari wali murid untuk wali murid dan masyarakat sekitar. Sedangkan hasil dari penjualan tersebut tidak langsung dirasakan atau dibagi akan tetapi dialokasikan untuk biaya sekolah dan program-program pelajaran tambahan. Dari sinilah program-program pendidikan guna menstimulasi potensi-potensi anak dapat diwujudkan tanpa harus menarik iuran lagi dari orang tua wali murid sehingga akan terwujudlah suatu lembaga pendidikan yang bermutu, banyak diminati dan tidak memberatkan. 2. PERMASALAHAN Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : “Bagaimana meningkatkan mutu pendidikan melalui spiritual marketing?” 3. TUJUAN Tujuan penulisan karya tulis ini adalah mendiskripsikan upaya meningkatkan mutu pendidikan melalui spiritual marketing di lembaga pendidikan. 4. STRATEGI PEMECAHAN MASALAH  Deskripsikan strategi pemecahan masalah yang dipilih Untuk menciptakan pendidikan yang bermutu dan berkualitas, perlu adanya pengelolaan dan management yang baik dalam suatu lembaga pendidikan. Dimana faktor biaya merupakan salah satu pendukung dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk mencapai keselarasan tersebut maka perlu adanya penggalian sumber dana dari berbagai aspek. Berangkat dari permasalahan di atas, penggalian dana dapat diupayakan melalui spiritual marketing yang berarti pemenuhan kebutuhan dunia akhirat, yang berarti dengan berbelanja kebutuhan setiap hari sekaligus kita dapat mengamalkan sebagian dari uang kita. Karena setiap gerak kita akan dinilai sebagai ibadah, bisa dikatakan kita sama-sama membeli sabun dengan harga yang sama tetapi hasil dan manfaatnya yang didapat akan berbeda. Di satu sisi kita akan mendapat pertukaran barang, di siis lain kita secara otomatis laba dari hasil penjualan tersebut sebagai amal. Dalam konsep spiritual marketing selalu dilandasi oleh logika, perhitungan yang cermat, mampu memahami dan memenuhi kebutuhan, keinginan serta harapan orang lain. Dalam hal ini adalah dapat membantu kebutuhan yang terkait dengan masalah pembiayaan pada lembaga pendidikan.  Tahap-tahap operasional pelaksanaan Dari sebuah lembaga pendidikan bekerja sama dengan para pendidik dan wali murid untuk membantu mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas tentunya tidak terlepas dari biaya. Berawal dari permasalah pembiayaan ini penulis mempunyai konsep tentang spiritual marketing dimana sistem kerja spiritual marketing ini adalah sebagai berikut : Keterangan : Dari sebuah lembaga bekerja sama dengan para pendidik dan wali murid dalam hal pemenuhan kebutuhan sehari-hari khususnya para pendidik dan wali murid serta masyarakat sekitar yaitu dengan uang infaq masuk sekolah dikelola untuk dibelanjakan berupa kebutuhan sehari-hari yang nantinya laba yang diperoleh dari hasil penjualan akan disalurkan guna meningkatkan mutu pembelajaran seperti tenaga ahli, studi banding, penataran, seminar dan lain-lain yang berkaitan dengan upaya peningkatan pendidikan. Adapun anggaran pendapatan sebagai berikut : 1. Orang tua murid Pembiayaan yang bersumber dari orang tua wali murid a. SPP (Sumbangan Penyelenggaraan Pendidikan) b. Infaq dibayarkan pada awal masuk sekolah 2. Donatur a. Tetap (menjadi donatur tetap tiap bulannya) b. Tidak tetap (menurut kemampuan dan keikhlasan dan tidak ditetapkan) BAB II PEMBAHASAN A. Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Banyak kita temui bermunculan lembaga-lembaga pendidikan sekarang ini dengan kualitas pendidikan yang bermacam-macam pula. Menjamurnya lembaga pendidikan saat ini hingga masyarakat berusaha memiliki suatu lembaga pendidikan yang bermutu. Tidak sedikit kita temui lembaga pendidikan yang hanya berorientasi pada jumlah siswa yang diterima tanpa mempedulikan kualitas dari pendidikan itu sendiri, sehingga muncullah lembaga-lembaga pendidikan yang tidak berkualitas. Untuk menciptakan suatu lembaga pendidikan yang bermutu, tentunya tidak lepas dari masalah pembiayaan, sedangkan kesadaran masyarakat terhadap pembiayaan kurang. Pada dasarnya masyarakat mampu memenuhi kebutuhan mereka, tetapi dalam hal pendidikan mereka kurang memperhatikannya, sehingga berakibat rendahnya mutu pendidikan kita. Berawal dari permasalahan di atas maka penulis mempunyai sebuah alas an yang nantinya diharapkan dapat mengatasi masalah mutu pendidikan yang saat ini sedang dihadapi. Dari permasalahan yang muncul, penulis mencoba menggunakan strategi penggalian dana dengan jalan spiritual marketing. Spiritual marketing dalam hal ini adalah suatu kerjasama di bidang perdagangan yang dikelola oleh lembaga pendidikan guna menggali dana untuk meningkatkan mutu pendidikan. Program pembiayaan yang dapat diakses melalui spiritual marketing ini nantinya digunakan untuk program study banding, mendatangkan tenaga ahli di bidang pendidikan, pelatihan-pelatihan, serta seminar-seminar yang bertujuan meningkatkan mutu pendidikan. B. Hasil atau Dampak yang Dicapai dari Strategi yang Dipilih Pada bagian ini penulis akan menyampaikan tentang hasil yang diperoleh dari konsep spiritual marketing diantaranya : 1. Kebutuhan setiap hari wali murid terpenuhi Dengan adanya spiritual marketing memudahkan wali murid mendapatkan kebutuhan pokok. 2. Pembiayaan peningkatan mutu pendidikan Penghasilan dari spiritual marketing diharapkan dapat digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan. 3. Mengurangi beban pembiayaan orang tua siswa Diharapkan dengan adanya spiritual marketing sangat membantu orang tua siswa khususnya masalah pembiayaan pendidikan. Misalnya : kegiatan ekstra tidak perlu menarik iuran dari orang tua siswa tetapi akan diambilkan dari hasil program spiritual marketing, sehingga dapat mengurangi beban orang tua siswa. 4. Terjadinya komunikasi yang baik diantara pihak sekolah dengan orang tua siswa Dengan adanya program spiritual marketing hubungan sekolah dengan orang tua siswa akan semakin dekat karena adanya orang tua dalam memenuhi kebutuhan setiap harinya melalui sekolah sehingga terjalin hubungan yang baik antara keduanya. 5. Tersedianya media sebagai usaha peningkatan mutu pendidikan Spiritual marketing merupakan media penggalian dana dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. 6. Terwujudnya pendidikan yang bermutu Dengan adanya spiritual marketing dapat membantu terwujudnya pendidikan yang bermutu tanpa membebani orang tua siswa dalam hal biaya pendidikan. C. Kendala-kendala yang Dihadapi dalam Melaksanakan Strategi yang Dipilih 1. Keterlambatan Pembayaran Adanya sebagian wali murid kurang tertib dalam pembiayaannya dikarenakan kemampuan secara ekonomi wali murid yang lemah. 2. Keterbatasan donator Modal sebagian berasal dari donator tidak tetap, sehingga tidak dapat dipastikan seberapa besar dana yang masuk setiap bulannya. 3. Pengadaan barang Dalam hal pengadaan barang sangat bergantung pada dana yang ada. Apabila modal awal tidak mengalami kemacetan, maka akan mempengaruhi pengadaan barang. 4. Pelayanan kurang maksimal Jika faktor-faktor di atas terjadi maka pada akhirnya pelayanan dalam spiritual marketing kurang maksimal dikarenakan barang-barang yang dipasarkan kurang lengkap sehingga mempengaruhi pelayanan kepada konsumen kurang memuaskan. D. Faktor-faktor Pendukung 1. Instansi terkait Instansi terkait dimana merupakan pihak yang membantu dalam pengadaan barang sebagai media penggalian dana. 2. Pendidik Pendidik sebagai pihak perantara dalam spiritual marketing dengan pihak wali siswa. 3. Wali murid Wali murid sebagai obyek penggalian dana melalui konsumsi dari spiritual marketing. 4. Masyarakat Masyarakat adalah sebagian dari pihak pendukung jalannya spiritual marketing selain wali siswa. E. Alternative Pengembangan Dalam perkembangan spiritual marketing akan mengembangkan usahanya tidak hanya menyediakan kebutuhan pokok akan tetapi lebih lagi akan mengembangkan usahanya dalam bidang peternakan seperti kambing, penetasan telur, perikanan, dan holtikulture. Untuk pengembangan bidang tersebut pihak sekolah sebagai sarana sedangkan pihak wali murid yang pelaksana langsung bidang-bidang tersebut. Adapun beberapa bidang pengembangan tersebut antara lain : 1. Peternakan kambing Lembaga pendidikan di sini terletak di daerah pedesaan sehingga sangat memungkinkan untuk peternakan khususnya kambing. 2. Penetasan telur Penetasan telur dimungkinkan karena lingkungan sekitar terdapat ternak ayam dimana ternak tersebut membutuhkan bibit ayam. 3. Perikanan Dengan melimpahnya air dari mata air pegunungan memungkinkan untuk membudidayakan ikan 4. Holtikulture Linkungan pegunungan sangat cocok untuk penanaman sayur organic yang sekarang ini sangat dicari Pengembangan bidang-bidang tersebut akan dilaksanakanan tentunya dengan mengadakan kerjasama dengan pihak-pihak terkait seperti untuk bidang pengembangan ternak kambing bekerjasama dengan para petani yang tergabung dalam kelompok tani di lingkungan tersebut. Sedangkan untuk penngembangan dibidang perikanan bekerjasama dengan koperasi yang menyediakan dari bibit hingga pakan.Untuk bidang pengembangan penetasan telur bekerjasama dengan ternak ayam yang ada di lingkungan guna pemasarannya.Dalam bidang pengembangan holtikulture bekerjasama dengan petani yang tergabung dalam kelompok tani. BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Menjamurnya lembaga-lembaga pendidikan saat ini sering tidak memperhatikan faktor kualitas dari lembaga tersebut, sehingga tidak sedikit sekolah-sekolah yang pada akhirnya mengalami kekurangan jumlah siswa. Ini diakibatkan karena kualitas dari sekolah tersebut. Untuk meningkatkan kualitas atau mutu sekolah tentunya tidak terlepas dari masalah biaya. Pada umumnya pembiayaan di sekolah dibebankan kepada orang tua siswa, sedangkan orang tua siswa tidak memiliki kesadaran tentang pembiayaan pendidikan dan kemampuan yang berbeda-beda padahal biaya pendidikan sama. Spiritual marketing merupakan alah satu solusi yang menurut penulis sangat tepat untuk menunjang pembiayaan pendidikan yang berkelanjutan. Selain itu, spiritual marketing dapat menumbuhkan rasa kebersamaan, meningkatkan rasa persatuan seperti yang tertera dalam pancasila. Sehingga lembaga pendidikan ke depannya tidak membutuhkan BOS (Bantuan Operasional Sekolah) di setiap bulannya melainkan hanya membutuhkan MOS (Modal Operasional Sekolah) yang hanya diberikan sekali untuk selamanya, baik dari pihak wali murid ataupun pemerintah sehingga terwujudlah pendidikan yang unggul tepat sasaran, berkualitas dan mandiri. B. Rekomendasi Operasional 1. Penulis selaku pelaku dan pelaksana metode supaya tetap komitmen dalam melaksanakan, mempertahankan dan mengembangkan serta selalu meningkatkan kinerjanya. 2. Penulis supaya memaksimalkan dan memanfaatkan sehingga lebih berpotensi. 3. Mengadakan kerjasama dengan pengusaha, pakar-pakar, instansi-instansi terkait, lembaga pendidikan. 4. Dinas pendidikan terkait.